Kamis, 31 Maret 2016

Pengembangan Bahasa pemrograman JavaScript

Berangkat dari sejarah dan paradigmanya, kita dapat melihat bahwa Javascript merupakan sebuah bahasa yang berevolusi. Evolusi ini terkadang bahkan bergerak menjauh dari tujuan awal pencipta Javascript. Javascript dirancang untuk mengendalikan program Java, tetapi berakhir sebagai penunjang interaktifitas dokumen HTML. Pada awal pengembangan Javascript dirancang dengan tujuan sederhana, tetapi pada masa sekarang Javascript digunakan untuk berbagai jenis program, termasuk program yang besar dan kompleks.

Melihat fenomena ini, tentunya kita bertanya-tanya. Bagaimana mungkin sebuah bahasa yang dirancang dalam sepuluh hari, dengan tujuan sederhana, mampu bertahan ketika digunakan untuk tujuan yang lebih besar? Javascript dapat dipandang layaknya sebuah palu kecil yang entah bagaimana dapat membangun gedung pencakar langit. Jika menemukan kejadian palu-pembangun-pencakar-langit ini tentunya semua orang akan heran, dan bertanya “bagaimana bisa?”.

Jawaban dari pertanyaan di atas adalah bahwa sebenarnya Javascript merupakan sebuah bahasa yang sangat ekspresif dengan fitur-fitur memukau. Walaupun dirancang dengan tujuan sederhana, Javascript memiliki fitur-fitur yang memungkinkan kemampuan ekspresi yang sangat luas. Fitur-fitur pemrograman fungsional dan pendekatan orientasi objek yang berbeda dari biasanya milik Javascript memungkinkan kita untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Kesederhanaan sebuah bahasa bukan tolak ukur kemampuan ekspresinya. Contoh saja Scheme, sebuah bahasa yang dapat dipelajari dalam waktu singkat karena kesederhanaannya. Walaupun merupakan bahasa yang sangat sederhana, Scheme sangat banyak digunakan sebagai bahasa pengenalan dalam kuliah desain aplikasi, serta untuk pengembangan aplikasi kompleks seperti Google App Inventor.

Inspirasi utama dari Javascript adalah bahasa pemrograman Self dan Scheme. Untuk dapat memaksimalkan penggunaan Javascript, kita dapat mengambil pelajaran dari kedua bahasa ini. Dari Scheme kita dapat mempelajari bagaimana pemanfaatan kekuatan pemrograman fungsional dapat membantu kita dalam menuliskan kode program yang sederhana tetapi sangat berguna. Melalui Self kita bisa melilhat kehebatan dari pemrograman berorientasi objek yang berbasis prototype. Detil bagaimana kita memanfaatkan kedua hal tersebut dapat dibaca pada bab-bab berikutnya.

Javascript dibangun untuk membuat program sederhana. Kita dapat memainkan tujuan perancangan ini ketika mengembangkan sebuah apilkasi yang besar dan kompeks. Daripada memaksakan Javascript untuk membuat program kompleks (yang biasanya berakhir buruk), kita lebih baik membangun aplikasi yang besar dan kompleks dengan menggabung-gabungkan aplikasi kecil dan sederhana. Prinsip penggabungan kode sederhana menjadi kompleks ini secara umum tidak hanya tepat untuk digunakan oleh Javascript, tetapi juga untuk bahasa pemrograman lain pada umumnya.

Secara singkat, kita dapat melihat filsafat pengembangan Javascript dalam poin-poin berikut:

Javascript mendukung paradigma pemrograman imparatif, fungsional, dan orientasi objek. Pelajari dan gunakan masing-masing paradigma ketika dibutuhkan; jangan gunakan sebuah paradigma hanya karena paradigma tersebut tersedia.
Javascript memiliki model pemrograman fungsional yang sangat ekspresif. Manfaatkan model ini semaksimal mungkin.
Pemrograman berorientasi objek (PBO) pada Javascript memiliki perbedaan dari PBO pada umumnya. Pelajari perbedaannya, dan pergunakan PBO dengan benar pada Javascript.
Perlakukan program Javascript yang kompleks sebagai program-program kecil yang saling berinteraksi.
Dengan mengikuti empat prinsip dasar di atas ketika mengembangkan kode Javascript diharapkan kita dapat menghasilkan kode Javascript yang baik dan optimal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar